Nasi Lauk Sayur Gudug

Kuliner Langka Khas Jember yang Kini Hadir Setiap Hari di Java Lotus Hotel

.

“Apakah yang warga Jember ketahui dengan Nasi Lauk Sayur Gudug?” tanya Jeffrey Wibisono V., General Manager Java Lotus Hotel, sambil tersenyum penuh arti.
Pertanyaan itu seakan mengundang memori masa kecil, aroma dapur desa, dan hangatnya kebersamaan warga saat bulan Suro tiba.

Dari Hidangan Setahun Sekali Menjadi Menu Harian

Bagi warga Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Sayur Gudug bukan sekadar makanan—ia adalah simbol perayaan, kehangatan, dan kebersamaan. Hidangan ini dulunya hanya muncul sekali setahun, tepat pada bulan Suro, menurut adat kejawen. Sebuah momen yang ditunggu-tunggu, karena selain rasanya yang khas, kesempatan menikmatinya begitu langka.

Kini, Java Lotus Hotel menghadirkan kembali kemewahan rasa ini—tidak hanya di bulan Suro, tapi setiap hari. Meski demikian, sajian ini dibuat terbatas hanya 10 porsi per hari. Bukan karena pelit, melainkan karena bahan utamanya—daun kolpoh—belum tersedia di pasar secara luas. Daun ini adalah jiwa dari Gudug, yang menjadi alasan setiap suapan begitu istimewa.

Mengenal Daun Kolpoh, Rahasia di Balik Gudug

Daun Porpoh, yang juga dikenal dengan sebutan Daun Gempol atau Daun Kolpoh, memiliki nama latin Nauclea orientalis. Pohon Gempol ini termasuk dalam keluarga Rubiaceae dan telah lama dikenal berkhasiat sebagai tanaman herbal.
Di Desa Adat Arjasa, Jember Utara, daun ini menjadi bagian penting dari identitas kuliner setempat. Ia diolah menjadi “Janganan”—istilah lokal untuk sayur berkuah—yang menjadi bahan baku cita rasa utama dalam masakan “Jangan Godog-an”. (bahasa Jawa)

Karakter rasa daun kolpoh unik—sedikit pahit namun nagih—mirip rasa daun pepaya atau pare. Pahitnya tidak menusuk, melainkan berpadu lembut ketika dimasak bersama bumbu dan rempah pilihan. Inilah yang membuat Gudug bukan sekadar hidangan, melainkan pengalaman rasa yang membekas di lidah.

Rahasia Rasa: Daun Kolpoh dan Sentuhan Rawon Khas Jember

Dalam bahasa lokal, kata “Jangan” berarti sayur berkuah. Gudug adalah versi uniknya—memadukan warna kuning dari kunyit dengan sentuhan hitam khas kluwek ala rawon Jember. Namun yang membuatnya benar-benar berbeda adalah kehadiran daun kolpoh.

Bayangkan rasa gurih kaldu iga sapi yang hangat, berpadu dengan kacang panjang, tewel (nangka muda), jantung pisang dan daun singkong, lalu diberi sentuhan daun kolpoh. Rempah gule termasuk jinten hitam membantu menyeimbangkan rasa pahit alami daun ini, menghasilkan harmoni rasa yang sulit dilupakan.

Menurut Tim Food & Beverage Java Lotus Hotel, rahasia kelezatan Gudug ada pada keseimbangan rempah dan bahan segar. Daging iga sapi dipilih bukan hanya untuk cita rasa, tapi juga demi menghasilkan kaldu yang kaya, membalut rasa sayuran dan daun kolpoh dengan kehangatan gurih yang menenangkan.

Lauk Pendamping yang Menggoda

Tidak lengkap rasanya jika Gudug hanya disajikan sendirian. Nasi putih hangat berpadu dengan Gudug akan semakin sempurna dengan tempe goreng renyah, sambal pedas nendang yang membangkitkan selera, serta kerupuk yang kriuknya menggoda. Perpaduan ini menciptakan pengalaman makan yang tak hanya mengenyangkan perut, tapi juga mengisi hati dengan rasa puas.

Keberpihakan pada Kelokalan dan Budaya

Hadirnya Gudug di Java Lotus Hotel bukan sekadar strategi menu, melainkan wujud nyata komitmen keberpihakan pada budaya dan potensi lokal.
Jeffrey Wibisono V. menegaskan bahwa hotel ini berkolaborasi dengan Pokdarwis Arjasa untuk mengangkat kuliner, budaya, dan sumber daya manusia setempat.

Dengan menyajikan makanan khas Jember dari akar budaya Pandalungan, Java Lotus Hotel mengajak para tamu—baik wisatawan maupun warga kota—untuk merasakan, mengenal, dan mencintai kembali kekayaan kuliner asli daerah. Ini bukan hanya soal makan, tapi tentang memelihara identitas di tengah arus globalisasi.

Menggandeng Wisata, Menguatkan Rasa

Melalui promosi makanan seperti Nasi Lauk Sayur Gudug, Java Lotus Hotel berharap para tamu yang datang tidak hanya membawa pulang kenangan tentang kenyamanan menginap, tetapi juga rasa cinta pada Jember. Bagi warga kota, ini adalah undangan untuk menengok kembali warisan kuliner desa yang nyaris terlupa.
Bagi wisatawan, ini adalah kesempatan mencicipi cerita—bukan hanya hidangan.

Ajak Lidah Anda Menjelajah Jember

Kini, Anda tidak perlu menunggu bulan Suro untuk menikmati Nasi Lauk Sayur Gudug. Cukup datang ke Java Lotus Hotel, dan Anda akan menemukan sepiring kisah yang lahir dari dapur desa, dibawa ke meja makan hotel berbintang.
Hanya 10 porsi per hari, karena yang istimewa memang seharusnya tidak berlimpah.

.

.

.

.

Gudug: The Once-a-Year Village Feast You Can Now Savor Daily in Jember

By Java Lotus Hotel Food Stories

If food is memory, then Nasi Lauk Sayur Gudug is Jember’s most nostalgic love letter to its people.
One bite, and you’re back in a village kitchen—steam rising from a bubbling pot, neighbors laughing, and the air rich with the scent of simmering broth and fresh-picked herbs.

For generations, Gudug was a dish you could only taste once a year, during Suro, the first month in the Javanese calendar. It was more than a meal—it was an event. Families waited all year for this one day when pots of Gudug would be cooked in every home, shared freely with neighbors, and savored like a blessing.

Now, Java Lotus Hotel has made that once-a-year magic available every single day—but with a twist. It’s still a rare find: only 10 portions daily, because the soul of Gudug—the elusive kolpoh leaf—isn’t something you can just pick up at a market.


The Leaf That Defines a Dish

Kolpoh leaf (Nauclea orientalis) is the kind of ingredient food writers dream about: hyper-local, seasonal, and with a flavor profile you can’t quite pin down. Slightly bitter, a little earthy, almost tea-like, yet softened into a velvety depth when cooked with the right spices.

In Arjasa, a traditional village in northern Jember, kolpoh leaves are a culinary heritage. They’re simmered into janganan (soupy vegetables) and transformed into Gudug by adding turmeric for golden warmth and kluwek for that inky, mysterious depth reminiscent of Jember’s famed rawon.

The Java Lotus kitchen pairs these leaves with tender beef ribs, long beans, and young jackfruit, letting everything slow-cook in a broth infused with black cumin, lemongrass, and garlic until the flavors don’t just blend—they embrace.


Why Gudug Hooks You

It’s not just taste—it’s texture, aroma, and that irresistible balance of bitter and savory. The broth is rich without being heavy. The beef ribs melt in your mouth. The vegetables hold just enough bite to feel alive. And then there’s the kolpoh leaf, a quiet star that makes you think, “I’ve never tasted anything like this before.”

Paired with fluffy white rice, crispy fried tempeh, a dollop of fiery sambal, and a crackle of airy shrimp crackers, Gudug becomes a complete sensory experience—comforting, bold, and utterly addictive.


From Village Tradition to Hotel Table

Bringing Gudug to Java Lotus Hotel isn’t just a menu idea—it’s a cultural statement. General Manager Jeffrey Wibisono V. sees it as part of the hotel’s mission to keep Jember’s heritage alive. By partnering with Pokdarwis Arjasa (the Arjasa Village Tourism Awareness Group), the hotel supports local farmers, preserves rare ingredients, and ensures the stories behind these dishes continue to be told.


A Taste of Place

In an age when travel is about experiences, not just destinations, Gudug delivers both. For locals, it’s a chance to reconnect with their roots. For travelers, it’s an edible introduction to Jember’s Pandalungan culture—a fusion of Javanese and Madurese influences, wrapped in the generosity of village hospitality.

And the exclusivity? That’s part of the charm. You don’t stumble upon Gudug the way you might find street-side satay. You seek it out, and in doing so, you become part of its story.


The Invitation

In Jember, you no longer need to wait for Suro to taste Gudug. But you do need to move fast—there are only 10 bowls a day at Java Lotus Hotel.

Each one is a plateful of tradition, a dash of rarity, and a whole lot of heart.
It’s a dish that says: this is Jember—warm, generous, and unforgettable.

So come hungry. Leave with a story. And let Gudug be the flavor that brings you back.