Ki Dalang Suwito Sondron dan Sinden Milenialnya

KEBERSYUKURAN, berjodoh dengan komunitas pelaku budaya adiluhung  Ki Dalang Suwito Sodron dan sinden milenialnya Dewi Kartika Suwito yang disapa Dewi.

Dalang asli kelahiran Mundurejo Jember, asal Kampung Regasen Dusun Sukomakmur ini, sosok seniman yang sangat menjunjung tinggi kesenian tradisional wayang kulit dan sangat aktif meneruskan nilai- nilai kearifan lokal kepada generasi muda melalui kesenian karawitan. Seirama komitmen Java Lotus Hotel Jember, — berperan aktif mendukung program pariwisata berkelanjutan dengan mengangkat eksistensi kearifan lokal di Jember, Jawa Timur–, Ki Dalang Suwito Sondron hadir berakhir pekan – Sabtu, Minggu —di makanKOE Restoran. Jember itu, memang kueren, memiliki lebih dari 200 orang dalang wayang kulit loh!

Dan sejak Sabtu 12 Maret 2022, Ki Dalang Suwito Sodron bersama kelompok seni milenial binaannya tampil di salah satu venue di area Java Lotus Hotel Jember, tampil secara reguler setiap hari Sabtu dan Minggu antara pukul 07:00 sampai 09:00 pagi. Menemani dan menghibur tamu-tamu SARAPAN (makan pagi, breakfast) dengan hiburan tembang Jawa klasik suara sinden milenial Dewi diiringi denting Siter dan alunan Seruling. Pada bulan Ramadan kali ini jadwal pentas Sanggar Seni Enggar Laras bertambah padat, menjadi hamper setiap hari hadir di makanKOE Restaurant Java Lotus Hotel Jember.

Ki Dalang Suwito Sodron didampingi sinden – vokalis tradisi wayang—Dewi diiringi petikan instrument dari mas Iguh Tri Abiasa kelahiran Jombang serta mas Hangki Dwi Irawan kelahiran Wonorejo, Kencong.

Bonus Tradisi Agraris

Ki Dalang Suwito Sondron terlahir sebagai putra seorang dalang kondang di wilayah Jember, Banyuwangi dan Lumajang era 1991- 1993. Dan bocah klas 5 SD (11 tahunan) “magang” belajar karawitan dan mengenal tokoh-tokoh pewayangan dari panggung ke panggung ayahnya. Tidak mendapat pendidikan khusus pewayangan mau pun karawitan, namun darah warisan tradisi budaya agraris yang kental, memudahkan Ki Dalang Suwito Sondron menyerap bahasa alam, keilmuan tradisi.

Panggung pagelaran adalah sekolahnya, para guru itu adalah penonton, pelaku dan artisan adalah guru dan di tahun 1994 panggung Ki Dalang Suwito terbuka. Manggung tunggal pertama kali di acara besar desa Wadung.

Popular selaku dalang dan telah melahirkan seorang sinden, tidak berarti Ki Dalang Suwito Sondron lupa “akar”. “Bertani, keseharian utama, berkarawitan, mendalang adalah bonus tradisi, menjaga kearifan lokal dan bernilai turistik,” ungkap Ki Dalang Suwito.

Meski tanpa pendidikan khusus, permintaan melatih, membenahi kelompok kesenian di beberapa desa, kabupaten. Di tahun 2003, Ki Dalang  meng-aktifkan pelatihan karawitan para seniman ”sepuh sepuh” di Kedung Langkap Kencong. Di desa ini juga Ki Dalang Suwito bertemu belahan jiwanya dan menikah 30 Agustus 2004.

Di tahun 2004 juga Ki Dalang Suwito mulai mendapat permintaan “mendalang” di luar pulau Jawa. Dari tahun 2004 sampai dengan 2013 Ki Dalang dan keluarga merambah pulau Kalimantan. Dari awal di Banjarmasin (KalSel) sampai di Tanah Grogot Penajam di desa Sempulang. Dan ditahun 2015, Ki Dalang Suwito Sondron membuka sanggar di Jember untuk praktik, belajar, mengajar karawitan.

Sudah pernah melihat dan menikmati aksi Ki Dalang Suwito Sondron? Pernah dengar alunan tembang Sinden Dewi?

Bagi masyarakat Jember, atau pun warga kota lain yang sedang melintas kota Santri Jember di akhir pekan. Monggo mampir di Java Lotus Hotel, sembari breakfast di makanKOE Restaurant.*

Ki Dalang Suwito Sodron, Dewi, Hengky dan Iguh
Ki Dalang Suwito Sodron
Dewi
Iguh
Hangky